Ka Dikmen Dispendik Sidoarjo Tirto Adi |
Setelah diseleksi, 564 siswa dinyatakan diterima. Perinciannnya, 264 siswa SMP dan 300 siswa SMA. Jadi, ada 26 calon siswa yang gugur.
Kabid Pendidikan Menengah (Dikmen) Dispendik Tirto Adi menjelaskan, mayoritas siswa ditolak karena dinilai tidak memenuhi syarat. Syarat tersebut antara lain, meraih juara I dalam lomba di tingkat kabupaten. Bisa juga, menjadi juara I atau II untuk lomba tingkat provinsi. Alternatif terakhir adalah juara I, II dan III dalam lomba tingkat internasional. Lomba bisa di bidang akademis seperti olimpiade sains dan lomba matematika.
Sedangkan untuk prestasi olahraga, Dispendik hanya menerima siswa yang pernah juara di event yang diadakan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Contohnya, kejuaraan yang diselenggarakan tiap-tiap cabang olahraga (cabor) seperti Porseni tingkat Kabupaten (Porkab) dan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN).
Untuk prestasi lomba kesenian, Dispendik hanya mengakui siswa yang menjadi juara di event Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). “Kebanyakan kami coret karena kejuaraan yang mereka ikuti tidak berjenjang,“ jelas Tirto.
Siswa yang lulus seleksi PPDB jalur prestasi mendaftar ulang ke sekolah yang sudah ditetapkan Dispendik pada 24-26 Juni. Pihaknya akan mengumpulkan murid berprestasi dalam satu sekolah seusai dengan kejuaraan yang pernah mereka ikuti.
Seperti SMPN 2 Sukodono tahun 2013 ini berhasil mengantarkan 9 siswanya lolos masuk SMA melalui jalur prestasi setelah berhasil menjuarai lomba teater tingkat kabupaten, semuanya dimasukkan jadi satu di SMAN 1 Taman, “Agar pembinaannya mudah,” jelasnya. (aph/c7/pri).
Sumber: Jawa Pos
Hasil lomba cipta seni pelajar dan festival musik tradisi se Jawa Timur 2012, Siapa Pemenangnya simak liputannya Di Blog Ini untuk Anda Ketahui bersama keluarga tercinta dan anak anak
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, DR. Harun, MSi, MM, menjelaskan pergelaran rutin ini dimaksudkan untuk memberikan ruang kreasi dan ekspresi yang luas kepada para pelajar yang memiliki bakat dan potensi kesenian. Kedelapan dalang bocah ini misalnya, merupakan potensi terpendam yang masyarakat umum belum banyak mengetahuinya. Para dalang yang masih duduk di bangku SD itu, dan juga siswa-siswa SMP yang tampil dalam acara ini, masih mencintai kesenian tradisi justru di tengah gelombang modernisasi yang melanda bangsa ini. Mereka harus didukung dan diberi semangat, agar kesenian tradisi tetap lestari.
Dalam pergelaran bulan ini, kembali kota Surabaya mendapat giliran tempat kegiatan. Acara dimulai dengan tembang-tembang dolanan yang dibawakan SMP PGRI I Buduran Sidoarjo, yang juga membawakan Panembrama. Sedangkan SMPN I Nganjuk menghadirkan musik tradisi dengan judul “Polah Rek” karya Kokok Wijanarko.
Dalang-dalang bocah tersebut di atas adalah: Ilham (SMP Lab Unesa), Rio (SD Kemala Bhayangkari 6), Aglis (SDN Sawahan 2), Ketut Satyaguna (SDN Medokan Ayu 2), Faris Suroningrat (SDN Gelam), M. Rafi Datarian (SDN Kandangan 3), Alif (SDN Jemursari) dan Akira (SDN Pucang 1 Sidoarjo). Mereka akan membawakan lakon “Seno Meguru” yang ditulis oleh Ki Surono. (*)
Dia pun cari akal, bagaimana caranya supaya baju-baju itu bisa dipakai lagi dan tidak ketinggalan mode. Kalau cuma diberi tambahan aksesori, seperti hiasan bros, pita, renda atau kancing, Ovy merasa kurang pas karena tetap saja terlihat jadulnya (jaman dulu). ’’Setelah cari ke sana ke mari, saya ketemu dengan teknik lukis tekstil.
Awalnya bukan kain baru lho, tapi saya coba ke baju-baju bekas pakai milik keluarga,’’ bebernya. Ibu satu putri ini pun mengambil beberapa helai blus maupun kaos yang sudah tak dipakai tersebut. Dia coba-coba memberi motif, lantas menggoreskan kuas dengan cat tekstil aneka warna di baju itu. ’’Hasilnya ternyata lumayan. Bagus juga, karena seolah-olah seperti lukisan kain sungguhan,’’ ungkapnya, bangga.
Lama kelamaan bukan kaos bekas yang jadi kanvas. Ovy pun membeli baju-baju polos yang khusus ia lukis. Tak hanya yang berbahan katun, tapi mulai melebar ke sifon, kaos hingga sutra pun turut jadi ‘korban’ kreativitasnya. “Bahkan beberapa jeans saya, juga tak lukis lho. Hasilnya malah makin nyentrik,’’ tuturnya.
Menurut Ovy, melukis di atas media kain itu tak sulit. Justru ia merasa tertantang, karena lukisan yang ia buat tak boleh salah. ’’Kalau di kertas, begitu salah bis alangsung dibuang. Di kain nggak bisa begitu, karena harga kain kan nggak murah,’’ akunya.
Untuk melukis kain, Ovy lebih suka memilih obyek bunga dan binatang. Mawar, melati, ktisan, aster, sepatu, matahari dan anggrek adalah bunga-bunga yang seringkali menjadi obyek lukisannya. Sementara kalau untuk binatang, perempuan 37 tahun ini paling sering memindahkan obyek kupu-kupu.
Dari sekedar mengisi waktu luang, kegiatan Ovy melukis di atas lembaran-lembaran kain sudah menghasilkan uang. Dari promosi mulut ke mulut, banyak pesanan yang datang ke tangannya. ’’Bahkan banyak perempuan muslim yang minta jilbab maupun kerudungnya saya lukis,’’ katanya. Kini, hasil karya Ovy sudah dikenal hingga luar pulau seperti Kalimantan dan Sulawesi.
Ditambahkan Ovi, meskipun pembuatannya sedikit rumit, tapi merawat kain yang dilukis tak begitu sulit. Semua jenis deterjen bisa digunakan. Begitu pula pencucian dengan mesin cuci juga diperbolehkan, asalkan tidak terlalu keras. ’’Supaya awet, setelah lukisannya kering langsung diseterika saja. Supaya cat tekstilnya menyerap dan menyatu di kain,’’ pungkasnya. (*)
Lomba Cipta Lagu diikuti oleh 18 kab/kota, dengan juri terdiri dari Isfanhari, Heri Wibisono dan Anang Brotoseno.
Juara 1: Natasha Rania Westri, SDN Babatan 01 Wlingi, Kab.Blitar dengan karya “Tunas Bangsaku”
Juara 2: Sekardini Dityasani, SDN Sawojajar 01, Kota Malang (Belajar dan Berkarya)
Juara 3: Prilia Putri Anggraini, SDN 01 Dongko, Kab. Trenggalek (Menggapai Cita)
Juara Harapan 1: Ezra Uli Basa Anerisa Sianipar, SD Hang Tuah 10 Sidoarjo (Mari Kawan)
Juara Harapan 2: Dian Amanda Putra, SDN Pakunden 02, Kota Blitar (Tuntut Ilmu Raih Prestasi)
Juara Harapan 3: Azzahrah Ikhwanesh S, SDN 01 Ngranti, Kab. Tulungagung (Restu Ayah Bunda)
Lomba Cipta Puisi diikuti 24 kab/kota, dengan juri terdiri dari Akhudiat, Aming Aminudin dan Tengsoe Tjahjono, menetapkan pemenang sebagai berikut:
Juara 1: Fairuzia Carista SP, Kab. Banyuwangi, dengan puisi berjudul: Bola Mata
Juara 2: Siska Triwahyuni, Kab. Bangkalan (Ibuku Guruku)
Juara 3: Saima Novila L, Kab. Bojonegoro (Meraih Impian)
Juara Harapan 1: Annisa Zahra M, Kab. Jember (Cita-citaku)
Juara Harapan 2: Fachrina Salma Dini, Kota Malang (Budi Pekertiku Prestasiku)
Juara Harapan 3: Dinda Salsabila, kota Batu (Kala Prestasi Mengukir Diri)
Lomba Lukis diikuti 24 kab/kota, dengan juri terdiri dari Mudjiono, Subanu dan Haryadie, menetapkan pemenang sebagai berikut:
Juara 1: Natasya Oktaviani, Kab. Sidoarjo
Juara 2: Dewi Madziatur Rosyida, Kab. Bojonegoro
Juara 3: Puti Kurnia Serpiyani, Kab. Jember
Juara Harapan 1: Fitri Adisti Apta W, Kota Malang
Juara Harapan 2: Gatria Widya Larasati, Kab. Malang
Juara Harapan 3: Siti Mutmainah, Kab. Bangkalan. (dikbangkes-jatim)